:
Senin, 30 Juli 2012
MATERI PEMBELAJARAN GURU KELAS SD
>Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia
Teori Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanakkanak
(manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara
genetik telah diprogramkan.
Menurut Chomsky anak dilahirkan dengan dibekali “alat pemerolehan bahasa” language
acquisition device (LAD). Alat ini merupakan pemberian biologis yang sudah
diprogramkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD
dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses bahasa,
dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya.
Teori Behaviorisme
Kaum behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama
dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui
lingkungan. Oleh karena bahasa itu merupakan salah satu perilaku manusia, maka
istilah yang tepat adalah perilaku verbal (verbal behavior).
Kaum behavioris berpendapat bahwa rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu
memperkuat kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang
sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke
kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian S – R
(stimulus – respon) dan proses peniruan-peniruan.
Teori Kognitivisme
Jean Piaget menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah,
melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandaskan
pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, uruturutan
perkembangan kognitif menemukan urutan perkembangan bahasa.
Menurut pandangan kognitivisme, perkembangan kognitif harus tercapai lebih dahulu;
dan baru sesudah itu pengetahuan itu dapat keluar dalam bentuk keterampilan
berbahasa.
Perkembangan Keterampilan Berbahasa
Perkembangan keterampilan berbahasa pada individu dapat dibagi ke dalam empat komponen,
yaitu: fonologi, semantik, tata bahasa, dan pragmatik.
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan menghasilkan bunyi
bahasa.
Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang
ekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
Tata bahasa merujuk kepada penguasaan kosa kata dan memodifikasikan cara-cara yang
bermakna. Pengetahuan tata bahasa meliputi dua aspek utama, yaitu sintaksis dan
morfologi.
Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana
menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Urutan Perkembangan Bahasa
Pralingustik:
Pralinguistik I (tahap meraban pertama 0-6 bulan)
Pralinguistik II (tahap meraban kedua 6-12 bulan)
Tahap Linguistik
Tahap Linguistik I : Tahap Ujaran Satu Kata/Holofrastik (1 - 2 Tahun)
Tahap Linguistik II : Tahap Ujaran Dua Kata (2 – 3 Tahun)
Tahap Linguistik III : Tahap Pengemb. Tatabahasa/Telegrafik (2,5 -3 thn)
Tahap Linguistik IV : Tahap Tatabahasa Menjelang Dewasa
Tahap Linguistik V : Tahap Kompetensi Penuh (5 – 7 tahun)
PERIODE USIA SEKOLAH DASAR
Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah dasar meningkat dari bahasa lisan ke
bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan bahasa berkembang dengan adanya
pemerolehan bahasa tulis atau written language acquisition
BAHASA INDONESIA
Periode Usia Remaja
Periode ini merupakan umur yang sensitif untuk belajar bahasa. Remaja menggunakan gaya
bahasa yang khas dalam berbahasa, sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri. Akhirnya
pada usia dewasa terjadi perbedaan-perbedaan yang sangat besar antara individu yang satu
dan lain dalam hal perkembangan bahasanya. Hal itu tergantung pada tingkat pendidikan,
peranan dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan.
Kebahasaan Bahasa Indonesia
Aspek kebahasaan bahasa Indonesia meliputi, aspek bunyi, bentukan kata, kalimat, dan
makna.
Aspek kebahasaan tidak secara eksplisit dituangkan di dalam KTSP, namun dalam
pembelajaran bahasa Indonesia aspek kebahasaan tidak dapat dipisahkan dari
komponen keterampilan berbahasa dan bersastra.
Aspek kebahasaan merupakan unsur pembentuk bahasa yang dipakai dalam kegiatan
berbahasa.
Pembelajaran aspek kebahasaan bukan hal yang dapat begitu saja ditinggalkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, namun juga bukan berarti dominasi pembelajaran
bahasa dilakukan pada aspek kebahasaan.
Pembelajaran bahasa di SD dilakukan untuk memberikan keterampilan dasar
berkomunikasi kepada siswa dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun
dan efektif.
Pembelajaran bahasa hendaknya dilakukan dalam bentuk sinergi antara pembelajaran
keterampilan berbahasa dan pembelajaran kebahasaan.
Kemampuan kebahasaan seseorang jangan menjadi penghalang atau penghambat
dalam kegiatan berbahasa, namun dapat menjadi bagian yang berkontribusi besar
terhadap efisiensi, efektivitas, dan kebermaknaan kegiatan berbahasa.
Pembelajaran aspek kebahasaan di SD dilakukan secara bertahap sesuai dengan
tingkat perkembangan bahasa siswa.
Materi pembelajaran kebahasaan, meliputi bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata, kalimat,
dan makna.
Materi pembelajaran kebahasaan di kelas awal SD meliputi pengenalan bunyi atau
huruf, lafal, intonasi, kata, dan kalimat sederhana.
Materi pembelajaran kebahasaan di kelas tinggi SD, meliputi merangkai kata menjadi
kalimat dengan bahasa yang baik dan benar (ejaan yang tepat dan pilihan kata yang
tepat dan santun).
Keterampilan berbahasa Indonesia:
keterampilan mendengarkan,
keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis.
Karakteristik Empat Keterampilan Berbahasa
KARAKTERISTIK Lisan Tulis
Reseptif Menyimak Membaca
Produktif Berbicara Menulis
Keterampilan Menyimak di SD
Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif lisan.
Menyimak dapat diartikan sebagai aktivitas penggunaan alat pendengaran secara sengaja
yang bertujuan untuk memperoleh pesan atau makna dari apa yang disimak.
Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan menyimak
adalah memahami wacana lisan berbentuk perintah, penjelasan, petunjuk, pesan,
pengumuman, berita, deskripsi berbagai peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra
berbentuk dongeng, puisi, cerita, drama, pantun dan cerita rakyat.
Dalam pembelajaran menyimak, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
Upayakan kegiatan berbahasa yang dilakukan bersifat alamiah dan kontekstual.
Pastikan pembelajaran menyimak dilakukan dalam bentuk aktivitas berbahasa reseptif lisan
oleh siswa.
Pembelajaran menyimak di SD ditujukan untuk melatih konsentrasi dan daya simak siswa,
serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan menyimak siswa.
Untuk itu, evaluasi menyimak upayakan dirancang oleh guru untuk mengetahui peningkatan
konsentrasi dan efektivitas menyimaknya.
Pastikan bahwa sebelum melakukan kegiatan penyimakan, siswa dalam keadaan siap fisik
dan mental untuk melakukan penyimakan.
Pastikan bahwa bunyi yang disimak siswa tidak banyak mendapat gangguan, baik yang
bersifat kebahasaaan maupun nonkebahasaan. Upayakan semaksimal mungkin
meminimalkan gangguan yang menyebabkan kurang efektifnya proses penyimakan yang
dilakukan siswa.
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran menyimak
disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa
yang lain, intra maupun antarbidang studi.
Keterampilan Berbicara di SD
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk produktif lisan.
Keterampilan berbicara merupakan modal dasar yang sangat penting bagi seorang pebelajar
untuk melakukan kegiatan komunikasi lisan secara santun dan efektif.
Pembelajaran keterampilan berbicara di SD bertujuan agar siswa dapat mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi sesuai dengan konteks peristiwa tutur secara efektif dan
santun.
Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan berbicara
adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
dalam kegiatan perkenalan, tegur sapa, percakapan sederhana, wawancara, percakapan
telepon, diskusi, pidato, deskripsi peristiwa dan benda di sekitar, memberi petunjuk,
deklamasi, cerita, pelaporan hasil pengamatan, pemahaman isi buku dan berbagai karya
sastra untuk anak berbentuk dongeng, pantun, drama, dan puisi.
Dalam pembelajaran berbicara, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
Upayakan kegiatan berbahasa yang dilakukan bersifat alamiah dan kontekstual.
Pastikan pembelajaran berbicara dilakukan dalam bentuk aktivitas berbicara atau
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan (kegiatan berbahasa produktif
lisan) oleh siswa.
Kegiatan berbicara mensyaratkan siswa untuk berani mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan informasi secara lisan. Sebelum penugasan kegiatan berbicara, pastikan bahwa siswa
yang bersangkutan telah memiliki keberanian untuk berbicara. Jika belum, guru dapat
melatih keberanian berbicara dulu melalui berbagai metode dan strategi pembelajaran.
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran berbicara
disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa
yang lain, intra maupun antarbidang studi.
Keterampilan Membaca di SD
Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif tulis.
Keterampilan membaca merupakan modal dasar yang sangat krusial untuk menunjang
keberhasilan belajar siswa. Kurang terampilnya siswa dalam membaca dapat menyebabkan
terhambatnya siswa untuk mempelajari bidang studi lain.
No. Jenis Membaca
Kelas/
semester
Keterangan
1. Membaca nyaring
I/1-2 suku kata, kata, kalimat sederhana
II/2 teks (15-20 kalimat)
III/1 teks (20-25 kalimat)
IV/2 pengumuman
V/1 teks percakapan
2. Membaca lancar
I/2 kalimat sederhana: 3-5 kata
II/1 Teks pendek (01-15 kata)
3. Membaca eksprsif
I/2 2-4 baris
II/1 puisi
II/2 puisi
III/1 dongeng
IV/2 pantun
V/1 puisi
V/2 menyimpulkan teks cerita anak
VI/2
mengidentifikasi berbagai unsur teks
drama
4.
Membaca
pemahaman (dalam
hati)
II/2 teks agak panjang (20-25 kalimat)
5. Membaca intensif
III/1 teks (100-150 kata)
III/2 teks agak panjang (150-200 kata)
IV/2 menemukan kalimat utama
VI/1
mendeskripsikan isi dan teknik penyajian
laporan
VI/2 menemukan makna tersirat teks
6. Membaca sekilas
IV/1 teks agak panjang (150-200 kata)
V/2 membandingkan isi dua teks
VI/1 Infoemasi dari kolom/rubrik khusus
7. Membaca memindai
IV/1 kamus/ensiklopedi
V/2
teks khusus (buku petunjuk telepon,
jadwal perjalanan, daftar susunan acara,
daftar menu, dll.)
8. Membaca cepat V/1 75 kata per menit
Dalam pembelajaran membaca, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
Upayakan pembelajaran membaca nyaring berakhir pada saat siswa memasuki kelas III
semester 1. Jika membaca pemahaman yang dilakukan secara membaca nyaring masih
dilakukan ketika siswa sudah memasuki kelas III, maka akan dapat menghambat upaya
peningkatan kemampuan dan keterampilan membaca lanjut. Hambatan dalam keterampilan
membaca lanjut dapat berdampak pada terhambatnya siswa dalam mempelajari materi
bidang studi lain.
Membaca nyaring di kelas III ke atas dilakukan jika ada tujuan tertentu, misalnya
membacakan puisi, membaca teks/naskah drama, atau membaca nyaring untuk tujuan
mengecek pelafalan dan intonasi siswa.
Perhatikan perkembangan keterampilan membaca siswa sesuai dengan standar kompetensi
minimal dalam kurikulum, agar perkembangannya dapat berlangsung secara maksimal.
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran membaca
disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa
yang lain, intra maupun antarbidang studi.
Keterampilan Menulis di SD
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk kegiatan produktif
tulis.
Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi
dalam bentuk tulis.
Keterampilan menulis juga memegang peranan penting bagi keberhasilan belajar siswa.
Dalam KTSP SD dirumuskan standar kompetensi lulusan untuk keterampilan menulis
adalah melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman,
dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra
untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
Dalam pembelajaran menulis, hal-hal yang penting diperhatikan guru antara lain:
Menulis merupakan bentuk keterampilan berbahasa tulis yang tidak bisa dilakukan secara
instan.
Untuk terampil menulis diperlukan proses yang panjang yang menuntut siswa untuk selalu
menulis dan menulis.
Dalam hal ini, guru dapat menyeimbangkan penggunaan pendekatan proses dan hasil,
yang dalam pembelajarannya siswa tidak dituntut untuk menulis sekali jadi, namun melalui
tahapan panjang, mulai dari tahap pramenulis, menulis draf, merevisi, mengedit, sampai
dengan mempublikasikan (keseimbangan antara proses dan hasil menulis).
Untuk meningkatkan minat siswa dalam menulis, berilah mereka kesempatan memilih topik
atau materi tulisan yang mereka sukai. Mengekang minat siswa dapat menjadi hambatan
utama dan dapat menyebabkan minat siswa pupus di tengah jalan.
Namun, kebebasan sepenuhnya bagi siswa sering menyebabkan kebingungan siswa untuk
menentukan topik tulisan, terutama terjadi di kelas-kelas awal.
Untuk itu, guru dapat mengatasinya melalui teknik-teknik tertentu dalam pembelajaran
menulis, misalnya teknik menulis terbimbing. Teknik ini dapat dilakukan melalui berbagai
cara. Salah satunya adalah guru menyajikan beberapa pilihan gambar yang dapat dipilih
oleh siswa.
Pilihan gambar yang digunakan guru didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, antara
lain konteks gambar sudah dikenal anak, kerumitan gambar disesuaikan dengan tingkat
perkembangan atau tingkatan kelas siswa, gambar menarik yang dapat memotivasi siswa
untuk menarik, dan pilihan gambar tersebut dapat mewadahi keberagaman minat siswa
pada topik tulisan.
Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman komprehensif, pembelajaran menulis
disarankan dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran aspek keterampilan berbahasa
yang lain, intra maupun antar bidang studi.
Apresiasi Sastra Indonesia
Pembelajaran sastra di SD ditekankan pada apresiasi sastra Indonesia, khususnya pada
apresiasi sastra anak.
Yang dimaksud dengan sastra anak adalah karya sastra untuk konsumsi anak, yang dapat
ditulis oleh orang dewasa maupun oleh anak.
Seperti halnya karya sastra secara umum, sastra anak juga meliputi puisi anak, cerita anak,
dan drama anak
Karakteristik karya sastra anak untuk konsumsi siswa SD antara lain:
(1) sesuai dengan perkembangan bahasa siswa SD,
(2) dapat mengembangkan daya imajinatif siswa SD,
(3) dapat menjadi media pendidikan bagi anak,
(4) bernilai estetis, sehingga dapat membangkitkan nilai estetis siswa dalam berbahasa,
(5) tokoh ceritanya tidak harus tokoh manusia, namun bisa berupa hewan atau tumbuhan,
bahkan benda-benda mati yang dikisahkan dapat berbicara dan berperilaku seperti halnya
manusia.
Ciri Sastra Anak
1. unsur pantangan,
2. penyajian dengan gaya secara langsung,
3. fungsi terapan
Unsur pantangan:
masalah seks,
cinta yang erotis,
dendam yang menimbulkan kebencian,
kekejaman,
prasangka buruk,
kecurangan yang jahat, dan
masalah kematian.
Ciri penyajian dengan gaya langsung
deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya,
mengetengahkan gerak yang dinamis,
jelas sebab-sebabnya.
Fungsi terapan
sajian cerita harus bersifat informatif
mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik pengetahuan umum, keterampilan
khusus, maupun untuk pertumbuhan anak.
Fungsi Sastra Anak
Pembelajaran sastra anak selain berfungsi untuk meningkatkan daya apresiasi anak terhadap
karya sastra, juga memiliki fungsi lain yang penting bagi perkembangan anak, yaitu:
(1) bernilai estetis,
(2) bernilai pendidikan,
(3) meningkatkan kepekaan batin dan sosial anak,
(4) menambah pengetahuan dan wawasan anak,
(5) pengembangan jiwa kemanusiaan.
Pembelajaran Sastra Anak
Pembelajaran apresiasi sastra anak dapat dilakukan melalui kegiatan apresiasi sastra secara
langsung maupun tidak langsung.
Apresiasi sastra secara langsung dilakukan dengan cara menghadapkan langsung para
siswa dengan karya sastra. Kegiatan secara langsung tersebut dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan menyimak, membaca, berbicara, maupun menulis karya sastra.
Apresiasi sastra tak langsung adalah suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman
terhadap karya sastra anak. Kegiatan ini meliputi mempelajari teori sastra, kritik sastra dan
esai sastra, serta mempelajari sejarah sastra.
Materi Bidang Studi Bahasa Indonesia di SD
Dalam KTSP, ruang lingkup bidang studi Bahasa Indonesia meliputi:
• aspek kebahasaan (bunyi atau huruf, lafal, dan intonasi)
• keterampilan berbahasa Indonesia (keterampilan menyimak, berbicara, membaca,dan
menulis)
• kemampuan bersastra (puisi, cerita anak, dan drama anak)
Kebahasaan
• Materi kebahasaan yang merupakan dasar-dasar bagi siswa untuk dapat menggunakan
bahasa dengan baik dan benar, meliputi bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata (bentuk dan
kosa kata), kalimat, dan makna.
• Kompetensi dasar dalam KTSP untuk pembelajaran berbahasa di kelas I SD yang di
dalamnya memuat aspek kebahasaan, yang meliputi pengenalan bunyi, lafal, intonasi, kata
(bentuk dan kosa kata), kalimat sederhana dapat diperiksa sebagai berikut.
Wacana Deskripsi
• Untuk mendeskripsikan benda-benda yang ada di sekitarnya siswa kelas awal
menggunakan wacana deskripsi sederhana.
• Wacana deskripsi berisi gambaran atau lukisan tentang sesuatu.
• Mendengar atau membaca wacana deskripsi seakan-akan seperti melihat atau
menikmati sebuah gambar atau lukisan sesuatu.
Puisi
Salah satu materi karya sastra anak adalah puisi.
Karakteristik puisi adalah adanya baris, bait, dan penggunaan bahasa yang indah.
Dalam pembelajarannya, puisi dapat dipakai sebagai media apresiasi reseptif maupun
produktif.
Cerita atau Dongeng
• Dongeng, pertama-tama muncul sebagai sebuah gerakan budaya. Sebuah budaya
tanding (counter culture) terhadap dominasi kesusasteraan yang kala itu sedemikian
berkiblat kepada kehidupan istana.
• Melalui dongeng, hendak dikatakan bahwa kehidupan yang baik bukannya kehidupan
yang berkiblat pada dunia lain, dunia “para dewa”, melainkan kehidupan yang baik ialah
kehidupan yang membumi, yang dibangun atas kesadaran harga diri dan potensi diri
(Kompas, 30 Agustus 1997).
• Sebagai bentuk tradisi lisan yang selalu berkembang di masyarakat, ibu-ibu sering
melakukan kegiatan mendongeng untuk anak-anaknya sebagai kegiatan pengantar
tidur, baik dilakukan dengan membacakan buku-buku dongeng maupun tanpa buku
(cerita lisan). Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga yang
melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral, atau bahkan sindiran) (Danandjaya,
1994:83).
• Unsur-unsur dongeng atau cerita meliputi penokohan, latar, alur, tema, dan amanat
cerita.
Tokoh cerita adalah orang atau pelaku dalam cerita, adapun penokohan adalah
pelukisan sifat dan perilaku tokoh cerita.
Alur adalah rangkaian peristiwa yang membangun sebuah cerita.
Latar terdiri atas latar tempat, waktu, dan suasana.
Tema adalah pesan-pesan yang mendasari dan menjiwai penciptaan sebuah karya
cerita.
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
• Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa dan bersastra, pengenalan unsur-unsur
tersebut perlu diberikan kepada siswa.
Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa dongeng atau cerita dapat digunakan
sebagai media pembelajaran;
Dalam pembelajaran bersastra, dongeng atau cerita dapat digunakan sebagai bagian
dari pengenalan maupun peningkatan kemampuan apresiatif siswa terhadap karya
sastra dan transfer nilai.
Dalam kenyataannya, dongeng atau cerita sering digunakan sebagai materi atau
media pembelajaran terpadu, baik intra maupun antarbidang studi. Hal itu didasarkan
pada harapan akan dihasilkannya pengetahuan, pengalaman, wawasan yang
komprehensif pada siswa.
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
• Pendekatan Komunikatif
• Pendekatan Whole Language
• Pendekatan Integratif
MEMBACA MENULIS PERMULAAN
Metode Bunyi
Metode Eja
Metode Suku Kata
Metode Kata
Metode Global
Metode SAS
HAKIKAT MEMBACA
Menurut Tarigan (2008:7), membaca sebagai suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Finochiaro dan Bonomo dalam Tarigan (2008:9), secara singkat mengatakan bahwa
membaca adalah memetik serta me-mahami arti atau makna yang terkandung di dalam
bahan tertulis.
Lado masih dalam Tarigan (2008:9) mengartikan membaca sebagai proses memahami
pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya.
Wiryodijoyo (1989:1-2) mengungkapkan pengertian membaca sebagai pengucapan katakata
dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan itu melibatkan analisis dan
pengorganisasian berbagai keteram-pilan yang kompleks. Termasuk di dalamnya, pelajaran,
pemikiran, per-timbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan
kejelasan informasi (bagi pembaca).
KESIMPULAN : Membaca merupakan suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa.
Bukan itu saja, membaca juga dianggap sebagai kegiatan yang kompleks
dan rumit karena memerlukan beberapa keterampilan khusus.
TUJUAN DAN MANFAAT MEMBACA :
Menurut Nurhadi (1987:11), tujuan membaca umumnya adalah untuk mendapatkan informasi,
memperoleh pemahaman, memperoleh kesenangan.
Menurut Tarigan (2008:9), tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Berdasarkan tujuan membaca yang telah dikemukakan maka manfaat utama dari membaca
adalah mendapatkan informasi minimal sesuai dengan apa yang dibacanya.
Jenis-jenis membaca :
Membaca
Membaca
Nyaring
Membaca
Ekstensif
1. Membaca Survei
2. Membaca Sekilas
3. Membaca Dangkal
Membaca
dlm hati
1. Membaca Telaah Isi terbagi :
a. Membaca teliti
b. Membaca pemahaman
c. Membaca kritis
Membaca d. Membaca ide-ide
Intensif
2. Membaca Telaah Bahasa
a. Membaca bahasa
b. Membaca sastra
HAKIKAT MENULIS :
Menurut Tarigan (2008: 21), menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang meng-gambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Webb (1975) dalam Tarigan (2008: 18-19), menulis secara luas merupakan cara
berkomunikasi yaitu suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti
terjadi sewaktu-waktu bila manusia ingin berkenalan dan berhu-bungan satu sama lain.
Akhadiah, dkk (1994: 2) menyatakan bahwa kita dapat melakukan kegiatan penulisan itu
sebagai satu kegiatan tunggal jika yang ditulis ialah sebuah karangan yang sederhana,
pendek, dan bahannya sudah siap di kepala (terkonsep).
KESIMPULAN : menulis merupakan kegiatan berkomunikasi melalui lambang-lambang grafik
(lambang bahasa) untuk menyampai-kan pesan-pesan yang dapat dipahami
oleh seseorang (pembaca) dalam berhubunguan antara satu dengan yang
lainnya.
Tujuh jenis tujuan menulis menurut Tarigan (2008: 26) sebagai berikut :
1. Tujuan penugasaan (assignment purpose)
2. Tujuan altruistik (altruistic purpose)
3. Tujuan persuasif (persuasive purpose)
4. Tujuan penerangan (informational purpose)
5. Tujuan pernyataan (self-expressive purpose)
6. Tujuan kreatif (creative purpose)
7. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan tujuan menulis adalah alat komunikasi
untuk mencari informasi tidak lang-sung serta mengajarkan berpikir dengan cara tertentu.
Dengan demikian manfaat menulis untuk memperoleh informasi, memberikan kesenang-an,
dan memberikan keyakinan pada pembaca terhadap suatu gagasan.
Jenis-jenis menulis :
Berdasarkan tujuan dan manfaat menulis, Salisbury dalam Tarigan (2008: 26-27) membagi
jenis-jenis menulis berdasarkan bentuknya sebagai berikut.
a. Bentuk-bentuk obyektif, yang mencakup: penjelasan yang terperinci mengenai proses,
batasan, laporan, dan dokumen.
b. Bentuk-bentuk subyektif, yang mencakup: otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esai
informal, potret/gambaran, dan satire.
Langkah-langkah menemukan ide atau pesan wacana lisan :
a. Mencatat isi atau pesan pokok-pokok informasi yang disampaikan.
b. Menyimpulkan isi atau pesan informasi dengan urutan yang runtun dan mudah dipahami.
Langkah-langkah menemukan ide atau pesan wacana naratif :
a. Bacalah wacana naratif yang telah dipilih dengan cermat.
b. Tentukan ide pokok atau gagasan utama (kata kunci) wacana naratif.
c. Menyimpulkan ide pokok atau gagasan utama wacana naratif secara runtun.
Wacana Deskripsi
Deskripsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu verb to describe artinya menguraikan, memerikan,
atau melukisakan. Bertujuan memberikan kesan pembaca terhadap objek, gagasan tempat,
atau peristiwa yang ingin disampaikan penulis. Ciri dari paragraf deskripsi adalah objek yang
diceritakannya digambarkan secara objektif dan terurai dengan rinci.
Pengertian paragraf deskripsi menurut Kosasih (2003: 29), paragraf deskripsi adalah
paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci.
Wacana Narasi
Narasi merupakan karangan berbentuk kisahan yang terdiri atas kumpulan yang disusun
secara kronologis (tempat dan waktu) sehingga menjadi suatu rangkaian. Oleh sebab itu ciri
utama dari karangan narasi ialah cerita yang disajikan berdasarkan urutan peristiwa
(kronologis).
Kosasih (2003: 28), paragraf narasi adalah paragraf yang mencerita-kan suatu peristiwa atau
kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca se-olah-olah mengalami sendiri kejadian yang
diceritakan itu.
Macam-macam bentuk surat :
a. Surat Pribadi, yaitu surat yang ditulis atas nama pribadi atau perorangan. Fungsinya, bisa
ditujukan kepada perorangan atau intansi yang termasuk ke dalam surat pribadi, antara lain
surat undangan pernikahan, surat perkenalan, dan surat lamaran.
b. Surat dagang atau niaga adalah surat yang ditulis untuk kepentinga-kepentingan bisnis.
Contohnya surat penaran, surat pemintaan, surat penagihan, surat pengiriman barang, dan
surat kuasa.
c. Surat dinas, yaitu surat yang menyangkut persoalan-persoalan kedinasan. Surat ini dibuat
atas nama suatu intansi, baik pemerintahan maupun swasta, dan ditujukan kepada intansi
lain ataupun perorangan. Contohnya surat tugas, surat pengantar, surat keputusan, dan
sebagainya.
Unsur intrinsik karya sastra secara umum, sebagai berikut.
Tema, Penokohan, Alur (plot), Latar (Setting), Amanat, Sudut pandang, dan Gaya bahasa
Unsur intrinsik karya sastra, meliputi:
Biografi pengarang dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, yaitu nilai pendidikan, nilai
sosial budaya, nilai ekonomi, dan nilai politik.
Pengertian Parafrase :
• Menurut Kridalaksana (1993:154) parafrase adalah pengungkapan kembali konsep dengan
cara lain dalam bahasa yang sama tanpa mengubah maknanya dengan memberi
kemungkinan penekanan agak berlainan.
• Menurut Eti Hayati (2007:12) parafrase yaitu penguraian kembali isi sebuah kalimat atau
penggalan teks dengan cara menggunakan kata-kata lain yang bermaksud memperjelas isi
teks.
Langkah-langkah menulis parafrase :
a. Ubahlah puisi (beserta kata-kata dan tanda baca yang telah kamu tambahkan tadi) ke dalam
bentuk prosa.
b. Tambahkan kata-kata atau tanda-tanda baca yang sengaja dihilangkan penyairnya. Ingat,
penambahan kata-kata atau tanda baca harus sesuai dengan pemahamanmu terhadap isi
puisi. Penambahan kata-kata atau tanda baca ditulis dalam tanda kurung.
Mengapresiasi Naskah Drama :
Mengapresiasikan naskah drama berarti memberi-kan penilaian atau menilai sebuah karya
sastra dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam terhadap karya ter-sebut.
Langkah-langkah menilai naskah drama menurut Somad, dkk (2008: 268) sebagai berikut.
a. Membaca naskah drama dengan saksama.
b. Mencatat hal-hal penting dan menarik dalam naskah drama
tersebut.
c. Menentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya.
d. Memberikan tanggapan dan penilaian terhadap unsur-unsur
yang terkandung dalam drama tersebut.
e. Membuat simpulan mengenai hasil penelitian.
Menganalisis karakteristik perkembangan bahasa usia anak SD
Menurut Tarigan (2011: 28), perkembangan bahasa pada anak-anak sekolah dasar dibagi atas:
a. Sekolah dasar awal (early elemerntary) usia 6-8 tahun
b. Sekolah dasar pertengahan (middle elementary) usia 8-10 tahun
c. Sekolah dasar akhir (upper elementary) usia 10-12 tahun
Memilih materi ajar aspek membaca di kelas rendah SD
dan aspek menulis di kelas tinggi SD
Materi pelajaran berada dalam lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran
tentu saja harus sejalan dengan ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum
bidang studi bersangkutan.
Menurut Harjanto (2006: 222-224), ada 7 kriteria pemilihan materi pelajaran, yaitu:
1. kriteria tujuan instruksional,
2. materi pelajar supaya terjabar,
3. relevan dengan kebutuhan siswa,
4. kesesuaian dengan kondisi masyarakat,
5. materi pelajaran mengandung segi-segi etik,
6. materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis, dan
7. materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan
masyarakat.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 219-220) bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, yaitu:
1. materi pelajaran hendaknya sesuai dengan kurikulum sehingga dapat menunjang
tercapainya tujuan intruksional,
2. materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan peserta
didik pada umumnya,
3. materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan, dan
4. materi pelajaran handaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Berdasarkan pendapat di atas, menunjukan bahwa materi dan bahan pengajaran hendaknya
ditetapkan berdasarkan rujukan pada tujuan-tujuan intruksional yang ingin dicapai. Materi yang
diberikan bermakna bagi para peserta didik, dan merupakan bahan yang betul-betul penting,
baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan
berikutnya. Dengan demikian guru hendaknya mampu mempertimbangkan materi membaca
dan menulis, baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan kurikulum.
Memilih Berbagai Metode Pembelajaran Menulis Permulaan
Pembelajaran menulis pemulaan yang baik dapat dilakukan dengan latihan secara intensif dan
menyenangkan, langkah-langkah menerapkan metode menulis yang menyenangkan sebagai
berikut :
1. Sebelum anak berlatih membuat garis, sebaiknya dilatih cara memegang alat tulis dengan
baik dan benar sehingga goresan dapat dilakukan dengan tekaan yang sedang. Sebab, cara
memegang alat yang salah akan berpengaruh terhadap kecepatan dan keindahan tulisan.
2. Untuk menghilangkan keraguan anak dibantu dengan ekspresi suara yang dilakukan secara
bersamaan dengan goresan alat tulis. Untuk membuat garis lurus (tegak miring, dan
mendatar) disertai dengan suara: sst sst sst; dan untuk membuat garis lengkung hung. .
.tiung tiung. (Ekspresi suara hendaknya disesuaikan dengan dialek daerah masing-masing
yang dianggap cocok. Untuk yang berbahasa Inggris, Jerman, ekspresi suara untuk garis
lurus seperti zing ... zing . . .zing ... dan untuk garis lengkung seperti: miow ... miow ...
miow...)
3. Setelah anak berlatih membuat semua bentuk garis, otot jarinya menjadi lentur, kemudian
diperkenalkan dengan berlatih menulis bentuk huruf cetak besar. Menulis/merangkai huruf
dan membaca suku kata huruf cetak kecil dengan cara menyalin. Selanjutnya berlatih
menulis, membaca dan menyalin huruf sambung.
4. Suasana belajar dan kreatifitas pengajar yang menyenangkan akan sangat membantu
mempercepat anak belajar menulis ataupun menggambar. Penggunaan alat bantu seperti
berbagai bentuk huruf dan gambar tempel yang menarik akan membantu proses belajar.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan yang menyenangkan,
berikut contoh langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan yang dapat digunakan pada
kelas 1 semester 1 SD, sebagai berikut :
a. menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf.
b. menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf .
c. mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar.
d. melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar.
e. menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar